Empat Alasan Mengapa Laut adalah Masa Depan
Manusia dan alam saling terhubung. Laut dan daratan pun saling terkait dengan manfaat yang dirasakan oleh keduanya jika terjaga baik.
Lautan menutup 71% wilayah bumi dan menyimpan kehidupan yang berharga bagi manusia. Kelestarian ekosistem laut penting bagi kelestarian kehidupan di bumi. Kehidupan manusia yang ada di daratan ternyata ikut disumbang dari terjaganya kelestarian ekosistem laut. Tak berlebihan jika United Nations Environmental Programme atau UNEP menyebut laut sangat bernilai bagi masa depan manusia, khususnya ketika saat ini perubahan iklim semakin menjadi. Berikut adalah empat alasan mengapa kita perlu mengkonservasi lautan agar masa depan bumi lestari.
Laut membantu kita bernafas
Fitoplankton, organisme kecil yang mirip tumbuhan yang hidup di laut, bertanggung jawab atas setidaknya 50% oksigen di bumi.
Selama ini, kita tahu bahwa pohon adalah penyumbang terbesar penghasil oksigen. Oksigen diperlukan makhluk hidup untuk bernapas. Ternyata pohon hanya menjadi salah satu penyumbang oksigen bagi bumi, yaitu sebesar 20%. Penghasil oksigen terbesar berasal dari laut. Fitoplankton adalah penghasil oksigen terbesar. Menurut National Ocean Service, fitoplankton menghasilkan 50–85% oksigen dalam setahun.
Sama seperti tanaman darat, fitoplankton mengandung klorofil untuk menangkap sinar matahari dan menggunakan fotosintesis untuk mengubahnya menjadi energi, menghasilkan oksigen sebagai produk sampingan. Fitoplankton mengkonsumsi karbon dioksida, mentransfer sekitar 10 gigaton karbon dari atmosfer jauh ke laut setiap tahun.
Oleh karenanya, ekosistem laut yang sehat penting agar oksigen bisa dihasilkan dalam jumlah yang masif oleh laut.
Laut membantu mengatur iklim
Laut menyerap panas dalam jumlah besar dari matahari. “Lebih dari 90% pemanasan yang terjadi di bumi selama 50 tahun terakhir diserap lautan,” ungkap National Oceanic and Atmospheric Administration, sebuah badan pengaturan samudra di Amerika Serikat. Karena lautan luas dan dalam, panas cenderung bisa diserap ke dalam dan juga disebarkan melalui angin.
Panas cenderung paling intens dirasakan di dekat khatulistiwa. Perairan yang di dekat khatulistiwa menyerap panas dalam jumlah banyak, lalu diangkut oleh arus laut ke seluruh dunia; utara dan selatan, menuju kutub.
Perbedaan suhu air laut antara satu daerah dengan daerah lain menyebabkan terbentuknya angin yang bergerak di atas permukaan laut. Pergerakan angin akan membawa awan dan menyebarkan hujan ke berbagai daerah di permukaan bumi.
Dengan siklus yang terus berputar, begitulah cara lautan membantu mengatur iklim di seluruh belahan dunia. Tentunya kita tidak ingin siklus ini terganggu, kan ?
Laut adalah sumber makanan yang berlimpah
Banyak ahli berpendapat bahwa laut adalah masa depan kecukupan makanan bagi umat manusia. Bukan hanya ikan dan seafood, namun juga rumput laut yang banyak digunakan dalam industri olahan pangan. Rumput laut olahan dapat digunakan sebagai salah satu bahan baku industri makanan kaleng, sirup, dan makanan beku atau frozen food. Food and Agricultural Organization menyebutkan kandungan natrium, kalsium, magnesium, dan yodium ada di antara beberapa nutrisi penting di dalam rumput laut.
Ikan sebagai asupan protein menyumbang hampir 16% dari semua protein hewani yang dikonsumsi secara global. Namun, hati-hati ! Terlalu rakus menyantap berbagai ikan yang dilindungi atau langka akan membuat ekosistem laut rusak. Panduan untuk mengkonsumsi seafood yang ramah lingkungan berdasar riset World Wildlife Fund (WWF) dapat menjadi referensi soal seafood mana yang layak konsumsi.
Untuk menjaga agar laut tetap menjadi sumber makanan, praktek-praktek pembalakan ikan atau illegal, unregulated, and unreported fishing harus diminimalisir atau bahkan dihentikan.
Keanekaragaman hayatinya luar biasa
Laut juga merupakan rumah bagi banyak kehidupan. Laut adalah masa depan yang menyimpan misteri kehidupan di bawah laut yang masih dikaji dalam penelitian. Menurut ahli, setidaknya terdapat 2,2 juta spesies hidup di lautan, yang bahkan sebagian besar dari spesies tersebut masih diteliti keberadaannya.
Salah satu contoh betapa misteriusnya laut dalam adalah coelacanth. Ditemukan dalam fosil dan diyakini telah punah, coelacanth hidup pernah ditarik keluar dari laut pada tahun 1938 di lepas pantai Afrika Selatan. Makhluk laut dalam ini dapat memberikan wawasan yang berharga tentang bagaimana hewan laut dapat beradaptasi dengan kehidupan di darat, karena cara mereka menggerakkan siripnya menyerupai cara banyak makhluk berkaki empat berjalan.
Salah satu misteri lautan lainnya adalah mitos naga laut di sejumlah kebudayaan, termasuk di Indonesia. Apa betul ada naga air atau naga lautan? Menurut ilmuwan, hewan yang paling mendekati ciri-ciri naga laut adalah Giant Oarfish. Ikan ini bentuknya panjang pipih seperti naga dan diketahui bisa mencapai 17 meter panjangnya.
Keanekaragaman hayati yang sangat luas ini telah menjadi objek pengembangan yang bermanfaat bagi kemanusiaan. Contohnya, berbagai penelitian mengenai ganggang hijau yang dikembangkan sebagai sumber energi alternatif.
Saatnya Beraksi
Nah, dari berbagai manfaat tersebut, kita semakin yakin bahwa laut harus dijaga.
Sebagai konsumen, tidak ada salahnya kita berhati-hati dalam mengkonsumsi seafood. Banyaknya sampah yang dibuang ke lautan juga berkontribusi dalam merusak ekosistem laut. Sudah saatnya kita mengurangi penggunaan plastik, terutama kemasan sekali pakai, untuk menurunkan potensi pencemaran laut oleh limbah plastik.
Selain itu, mengurangi penggunaan limbah cair juga akan membantu mengurangi limbah yang terkumpul di lautan. Bagi mereka yang tinggal atau berwisata di daerah yang terletak di pinggir pantai, urgensi pengelolaan limbah dan sampah agar tak mencemari lautan menjadi lebih tinggi.
Tak lupa, sebagai pengguna media sosial, menyebarkan kepedulian terhadap isu lingkungan juga akan membantu mengedukasi publik dalam menciptakan kontrol sosial. Yuk, jaga lautan kita !